Kau Mau Tanggung Jawab?

Mufti Perdana Avicena
2 min readAug 3, 2021
Photo by Wolf Zimmermann on Unsplash

Ini malam jangkrik sudah berbunyi. Tidak banyak, hanya satu atau dua. Dingin sudah sampai, pertanda malam sudah larut. Dan aku masih tak dapat tidur. Menunggu pagi yang kelihatannya malu-malu tiba, menunggu kantuk yang enggan mengetuk. Mungkin angkara kopi yang kutenggak dalam 3 teguk. Rakus yang salah tempat.

Aku menyesal. Tidur adalah tempatku sembunyi, tanpanya aku terpaksa melayani hati yang mulai lelah ini. Lelah yang tak kunjung lekas. Entah apa yang membuatnya lelah. Mencari jawaban tak memperbaiki keadaan. Tidur adalah tempat sembunyiku.

Apa yang orang-orang pikirkan di waktu malam? Mungkinkah kita jadikan sebuah penelitian? Judulnya studi pikiran orang-orang yang tak dapat tidur malam. Nobel? Aku menyangkalnya. Namun yang pasti, setelah penelitian selesai, kita dapat mengumpulkan orang-orang yang tak dapat tidur malam dan membentuk sebuah komunitas anti-tidur-tidur-club. Aktivitasnya membahas apa yang kita pikirkan saat tak dapat tidur malam. Semoga dapat terwujud.

Tiba-tiba saja jangkrik yang satu-dua itu berhenti mengerik. Ia mungkin sudah bosan menemaniku menulis. Ia tahu yang kutulis sia-sia belaka. Tak ada artinya. Sampah. Sudah kujadwal agar diangkut Alam Flora esok pagi. Tak sabar rasanya. Aku akan dapat berbincang dengan pengangkut sampah yang akan mengangkut tulisanku ini. Perbincangan asyik macam apa yang dapat kita bincangkan ya?

Buat apa menulis panjang-panjang? Mubazir huruf. Masih banyak yang lebih membutuhkan. Masih banyak yang punya ide lebih matang. Namun salahku, sebab terlalu lama menunggu stok ulang huruf, ide mereka jadi busuk, tak dapat digunakan lagi. Ideku? Ide setengah matang yang hangat saja tidak. Getir, tak bisa dikunyah, tak menyelerakan.

Jangan lengah bila membaca karena setan akan menyesatkan ingatanmu. Sekali-kali tak apa. Dua kali dapat dimaafkan. Tiga kali jangan-jangan kau sudah jadi setan.

Setelah jadi tulisan ini, kita bunuh yang menulis. Agar tulisan ini bebas berlari-lari di padang sabana bersama anoa-anoa yang terancam punah. Mereka butuh teman. Mereka kesepian kata si penulis. (Memang sudah saatnya kita bunuh si penulis).

Penulis sudah mati, jangan baca tulisannya. Kalau kau baca, lanturannya jadi abadi. Kau mau tanggung jawab?

12.49
03/08/2021
TTDI

--

--